Dalam suatu kajian sosial, wawancara jadi salah satunya teknik ambil data yang bisa dijalankan. Kwalitas suatu kajian bisa disaksikan dari ambil datanya lewat kecocokan teknik yang dipakai dalam kajian.
Hal yang harus dilakukan sebelum melakukan wawancara adalah melakukan pencocokan teknik agar data yang dipakai sesuai. Wawancara secara harafiah punyai makna bertanya jawab yang sedang dilakukan oleh dua faksi adalah pembicara dan pewawancara. Maksudnya adalah untuk mendapati jawaban atau info yang bisa diproses dalam kajian.
Orang yang bisa jadikan pembicara sebagai mereka yang punyai keterampilan dan sama dengan kwalifikasi dari kajian yang bisa dijalankan. Sutrisno Hadi menyatakan kalau sekurang-kurangnya ada empat soal yang harus digenggam oleh ilmuwan dalam gunakan metoda wawancara, adalah berikut ini.
- Responden atau pembicara merupakan orang yang paling mengetahui perihal dianya.
- Pernyataan dari informan atau pembicara terhadap ilmuwan merupakan betul dan bisa diyakini.
- Interpretasi perihal objek suatu kajian di antara informan atau pembicara dengan ilmuwan merupakan sama.
Teknik Wawancara
Dalam implementasinya, teknik wawancara bisa dijalankan secara terancang atau tak. Tidak hanya itu juga bisa dijalankan lewat bertemu muka (face to face) atau lewat koneksi telepon. Buat memperjelasnya, baca uraiannya berikut di bawah ini.
Wawancara Terancang
Wawancara terancang sebagai teknik wawancara yang sedang dilakukan kalau ilmuwan sudah punyai data pada sesuatu yang dapat diperiksanya. Pewawancara pula sudah menyediakan pertanyaan terdaftar dan preferensi jawabnya.
Akan halnya alat yang bisa mendukung wawancara terancang dalam kajian merupakan tape recorder, gambar, pamflet dan alat yang lain bisa lancarkan proses wawancara.
Wawancara Tak Terancang
Saat itu, wawancara tak terancang merupakan wawancara yang bebas. Ilmuwan tak gunakan petunjuk wawancara yang struktural dan komplet buat penghimpunan datanya.
Rata-rata teknik ini dipakai pada kajian yang sedang dilakukan secara dalam buat mendapati jawaban dari informan atau pembicaranya. Isi percakapan tergantung pada keadaan wawancara.
Wawancara Lihat Muka (Face To Face)
Wawancara type ini dijalankan dengan menjumpai dan bertanya langsung terhadap informan atau pembicara. Dengan berbicara langsung pembicara, jawaban yang dicapai lantas dapat makin luas dan detail.
Dalam teknik wawancara bertemu muka bisa mengangkut objek yang peka dan kompleks. Ilmuwan bisa menyaksikan langsung gerak gerik dari subyek atau pembicara. Tapi, sebetulnya pembicara kerap terasa tak bebas dengan wawancara type ini.
Wawancara Telephone
Tidak serupa dari wawancara bertemu muka, wawancara lewat koneksi telepon lebih dapat mengirit tenaga serta waktu. Tapi wawancara telephone kerap terbentur pada waktu maka dari itu pertanyaan yang perlu keterangan panjang sukar dijalankan.
Baik itu wawancara langsung atau lewat telephone, selalu akan sebabkan berlangsungnya contact individu. Oleh lantaran itu, ilmuwan dikehendaki supaya bisa mendalami keadaan dan situasi pembicara secara tepat biar tak muncul salah tafsir antara ke-2 nya.
Bagian Wawancara
Proses wawancara terdiri atas tiga babak, adalah dalam babak penyiapan, realisasi, dan penataan wawancara. Berikut keterangan selengkapnya.
Babak Penyiapan
- Menentukan objek wawancara.
- Mengumpulkan data menjadi sumber data.
- Menentukan pembicara yang benar dan sama dengan objek wawancara.
- Menyusun perincian pertanyaan atau garis besar pertanyaan wawancara.
Babak Realisasi
- Mengutamakan formalitas dasar dalam wawancara adalah salam dan perkenalkan diri dan iktikad dan maksudnya.
- Menyampaikan pertanyaan dalam bahasa yang santun.
- Mencatat dan merekam jadi bukti hasil dari wawancara.
- Mengakhiri dengan formalitas yang sesuai sama dan mengharap adanya pembicara buat dikontak kembali kalau ada yang harus dikomfirmasi atau ditambahkan.
Babak Penataan Hasil Wawancara
- Mengecek kembali hasil wawancara
- Menuliskan ulangi sama dengan keperluan tiada mengganti isi pada wawancara
- Menjaga identitas pembicara kalau dibutuhkan.